Dior Dior Dior

Alasan Gelandangan dan Pengemis Betah di Jogja Terungkap

Dior


Apa Kabar Yogyakarta – Satpol PP Kota Yogyakarta terus menggencarkan operasi penertiban gelandangan, pengemis (gepeng), serta orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang berkeliaran di wilayah kota.

Sepanjang 2025, tercatat sudah ada 72 orang yang berhasil diamankan dalam berbagai operasi. Dari jumlah tersebut, mayoritas merupakan gepeng, manusia silver, hingga ODGJ yang sering terlihat di titik-titik keramaian.

Dior
Satpol PP Jogja Menangkap Puluhan Gelandangan dan Pengemis - Harianjogja.com
Alasan Gelandangan dan Pengemis Betah di Jogja Terungkap

Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Octo Noor Arafat, menyebut dari Januari hingga Agustus 2025 atau sebelum deklarasi Jogja Zero Gepeng, terdapat 62 orang yang ditertibkan. Angka itu menunjukkan bahwa keberadaan gepeng masih cukup marak meskipun berbagai upaya penanganan telah dilakukan.

Faktor Penyebab ‘Betah’ di Jogja

Menurut Octo, salah satu alasan utama gepeng betah di Yogyakarta adalah tingginya rasa iba masyarakat. Banyak warga maupun wisatawan yang tidak segan memberikan uang kepada gepeng, sehingga membuat mereka merasa mudah mendapatkan penghasilan di jalanan. Kondisi ini tanpa disadari justru memperkuat keberadaan gepeng di sejumlah titik strategis.

Selain faktor itu, kawasan Yogyakarta yang dikenal ramai wisatawan juga menjadi daya tarik tersendiri. Banyaknya pengunjung dari luar daerah yang melintas di kawasan Malioboro, alun-alun, hingga perempatan jalan besar memberikan peluang besar bagi para gepeng untuk mendapatkan belas kasihan.

Baca Juga : Malioboro Jadi Panggung Rakyat: Car Free Day 24 Jam Bakal Warnai Ulang Tahun ke-269 Kota Jogja

Upaya Pemerintah Daerah

Satpol PP menegaskan bahwa fenomena ini harus ditangani secara bersama, tidak hanya dari sisi penertiban tetapi juga melalui peran aktif masyarakat. Warga diimbau tidak memberikan uang secara langsung kepada gepeng, melainkan menyalurkan bantuan lewat lembaga resmi agar lebih tepat sasaran.

Program Jogja Zero Gepeng yang digagas Pemerintah Kota Yogyakarta diharapkan menjadi solusi jangka panjang. Dengan pendekatan rehabilitasi, pemberdayaan, dan peningkatan kesadaran masyarakat, jumlah gepeng diharapkan bisa ditekan secara signifikan.

Kehadiran gepeng yang semakin marak di pusat kota memang kerap meresahkan. Namun akar masalahnya tidak bisa dilepaskan dari kebiasaan masyarakat yang masih sering memberi uang di jalan. Oleh karena itu, sinergi antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci untuk mewujudkan Yogyakarta yang lebih tertib, nyaman, dan berdaya saing sebagai kota wisata budaya.

Dior